The Bloody Rose
Pernahkah teman-teman membayangkan bagaimana pekerjaan seorang detektif di Indonesia? Nah, novel The Bloody Rose karangan Daras Resviandira ini salah satu karya yang menggambarkan bagaimana kehidupan seseorang yang memiliki profesi sebagai detektif. Mengangkat kasus pembunuhan berantai, novel ini akan mengajak pembaca untuk menelusuri setiap misteri yang ada.
Sinopsis
Setelah satu tahun hanya menangani kasus perselingkuhan dan pencurian, Reina yang bekerja sebagai detektif swasta pun melibatkan diri dalam kasus yang lebih rumit. Saat bertemu dengan Cakra di sebuah kafe, seorang pengunjung tewas. Diduga kuat bahwa korban dibunuh secara berencana. Sejak saat itu, Reina mendapat tawaran untuk bekerja sama dalam menangani kasus pembunuhan berantai oleh buronan 009 alias Bloody Rose, yang terkubur dan bahkan sempat ditutup beberapa tahun lalu. Namun ternyata, penggalian terhadap kasus Bloody Rose ini justru membuka tabir masa lalu Reina yang telah lama terlupakan. Kasus pencurian dan perselingkuhan adalah kasus yang terbiasa ditangani detektif swasta bernama Reina. Namun, bagaimana jika Reina dipertemukan dengan seorang polisi yang terlibat dalam pengusutan kasus pembunuhan berantai? Bisakah Reina ikut terlibat dengan tidak adanya hukum yang menaungi profesinya?
Author | : | Daras Resviandira |
Price | : | Rp 85,000 |
Category | : | DRAMA |
Page | : | 320 halaman |
Format | : | Soft Cover |
Size | : | 13 cm X 19 cm |
ISBN | : | 9786230408021 |
Publication | : | 18 March 2022 |
Bulan membulat sempurna di tengah langit kelam. Bintang-bintang bertaburan meski tampak malu untuk memperlihatkan gemerlapnya. Serangga mulai bernyanyi, mengusir rasa sepi saat semua orang terlelap dalam mimpi. Dininabobokan oleh lolongan anjing yang terdengar sesekali. Namun, di tengah keheningan
tersebut, masih ada yang tetap terjaga: dua gadis yang tengah berkejar-kejaran. Padahal sudah bukan lagi waktu bermain.
Derap langkah kaki terdengar beriringan dengan napas yang kian memburu. Si gadis yang berlari di depan tak henti mengalirkan air mata dan terisak. Sementara gadis satunya berusaha menyamakan langkah sambil tersenyum kegirangan. Tanpa berkata apa-apa, keduanya terus melangkahkan kaki menuju ke ujung bukit yang sebentar lagi mencapai batasnya.