Minus to Plus: Keterbatasan Memicu Kelebihan
Banyak buku yang membagikan kisah kesuksesan seseorang, menginspirasi pembaca dengan pelajaran berharga untuk meraih kesuksesan. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya tentang rintangan, kekecewaan, dan keterbatasan yang mereka hadapi di balik layar kesuksesan tersebut? "Minus to Plus: Keterbatasan Memicu Kelebihan" ini membawa Anda pada perjalanan inspiratif yang berbeda. Melalui lensa yang unik, buku ini memberikan pandangan bagaimana kekecewaan, kegagalan, bahkan kemiskinan bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk menemukan dan memaksimalkan kelebihan yang tersembunyi. Buku ini ditulis untuk siapa saja yang pernah mengalami keterpurukan dalam hidup, menunjukkan bahwa hampir semua orang pernah berada di titik terendah dan kegagalan pada hakikatnya, dapat menjadi fondasi dari keberhasilan yang paling autentik.
Dedi Mahardi, seorang Sarjana Teknik yang dibukakan jalan lebar oleh Allah untuk menjadi penulis dan motivator. Peraih predikat inovator terbaik nasional pada bidang teknologi ini sudah menerbitkan 28 buku dan menjadi penyumbang beberapa buku best seller yang diterbitkan oleh Gramedia Group. Sebagai pembicara dan motivator, ia sudah pernah menjadi narasumber debat Capres Konvensi Rakyat di Sabuga ITB tahun 2014 dan narasumber di beberapa stasiun TV Nasional, serta menjadi narasumber kuliah umum atau bedah buku di beberapa perguruan tinggi.
Author | : | Dedi Mahardi |
Price | : | Rp 79,000 |
Category | : | NON-FICTION |
Page | : | 167 halaman |
Format | : | E-Book |
Size | : | 14 X 21 |
ISBN | : | 0 |
Publication | : |
Zaman dahulu, ada sebuah kata bijak yang terkenal, “Si buta pengembus lesung, si tuli pelepas meriam, dan si lumpuh penunggu padi.” Artinya, di balik keterbatasan seseorang ada kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain. Misalnya, si buta spesial untuk pengembus lesung karena mata si buta tidak akan apa-apa jika terkena debu sisa kulit padi yang ditumbuk menjadi beras di lesung. Begitu juga dengan si tuli pelepas meriam, karena ketika meriam ditembakkan, pelurunya berbunyi sangat kencang dan bisa merusak telinga orang normal, maka tugas melepas meriam diserahkan kepada si tuli. Lalu, si lumpuh spesial penunggu padi yang dijemur agar tak dimakan ayam atau burung. Jika pekerjaan tersebut diserahkan kepada orang yang bisa jalan, bisa jadi suatu saat karena ada keperluan, maka dia akan meninggalkan tugasnya. Kesimpulannya adalah tidak ada yang perlu meratapi nasib atau takdir karena takdir bisa diubah dengan doa, sedekah dan amal perbuatan baik.