The School for Good and Evil 5 - Kristal Waktu Cover 2022 (E-Book)
The School for Good and Evil merupakan serial fantasi yang terdiri dari enam judul. Buku pertamanya dari serial ini sudah terjual sebanyak 3 juta eksemplar dan telah diterjemahkan dalam 30 bahasa. Empat buku pertama dari The School for Good and Evil juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Dunia dalam kisah The School for Good and Evil disebut-sebut sebagai versi fairy tale dari Harry Potter. Kali ini kisah berfokus pada Camelot. Takhta Tedros, sebagai anak Arthur, dipertaruhkan! Tak ada yang menyangka bahwa Tedros mempunyai saudara. Rhian. Itulah namanya. Rhian merebut hak Kerajaan Camelot dan mengeklaim bahwa ialah yang berhak menjadi raja di Camelot. Perseteruan ini memancing pertumpahan darah. Tedros disebut sebagai pengkhianat dan diburu layaknya penjahat. Agatha berhasil meloloskan diri. Ia selamat. Namun selain terpisah dengan Tedros, ia pun terpisah dengan Sophie. Dengan harga dirinya sebagai seorang putri, ia berjuang untuk menyelamatkan Tedros. Dengan kasih sayang sebagai seorang sahabat, ia harus juga harus menyelamatkan Sophie. Sophie yang berusaha menjadi Baik, memutuskan menghadapi Rhian. Namun, itu malah menjadi boomerang baginya. Ia menjadi tahanan Rhian. Dengan licik, Rhian menyebut Sophie adalah ratunya. Agar semua rencananya berjalan dengan baik. Semuanya memiliki tujuan. Semuanya ingin akhir yang sesuai dengan keinginannya masing-masing. Nasib Storian dipertaruhkan. Bagaimana nasib mereka?
Author | : | Soman Chainani |
Price | : | Rp 199,000 |
Category | : | FICTION,SCIENCE FICTION & FANTASY |
Page | : | 744 halaman |
Format | : | E-Book |
Size | : | 13.5 cm X 20 cm |
ISBN | : | 9786230410529 |
Publication | : | 17 March 2023 |
Ketika Raja Camelot yang baru berniat membunuh cinta sejatimu, menculik sahabatmu, dan memburumu layaknya anjing... sebaiknya kau punya rencana.
Namun, Agatha tidak punya rencana.
Ia tidak punya sekutu.
Tidak punya tempat persembunyian.
Maka ia berlari.
Ia lari sejauh mungkin dari Camelot tanpa arah tujuan, menembus Hutan Tak Bertepi. Gaun hitamnya tersangkut pada jelatang dan ranting seiring terbit dan tenggelamnya Matahari.... Ia berlari sementara bola kristal Kepala Sekolah berayun dan beradu dengan tulang rusuknya.... Ia berlari melewati poster-poster Buron yang tertempel di pepohonan, yang menampilkan wajahnya. Berita menyebar lebih cepat daripada kaki-kakinya. Tidak ada lagi tempat aman untuknya....
Pada hari kedua, kakinya luka-luka, otot-otot badannya ngilu. Ia hanya makan beri, apel, dan jamur yang dicabutnya saat lewat. Sepertinya ia berlari memutar; sungai berasap di Mahadewa, perbatasan Gilikin, lalu kembali ke Mahadewa saat langit senja memucat. Ia tidak bisa memikirkan rencana maupun tempat berlindung. Ia sama sekali tak sanggup memikirkan apa yang terjadi saat ini. Pikirannya terpaku pada rangkaian kejadian yang sudah berlalu: Tedros dirantai... dijatuhi hukuman mati... teman-temannya dipenjara... Merlin diseret dalam keadaan pingsan... seorang Penjahat memakai mahkota Tedros....
Agatha bertahan di tengah kabut merah muda, mencari jalan. Bukankah Gilikin adalah kerajaan dengan kabut merah muda? Yuba si Jembalang mengajarkan itu pada mereka di sekolah, kan? Namun, ia sudah meninggalkan Gilikin berjam-jam yang lalu. Bagaimana bisa ia ada di sana lagi?
Ia harus fokus... ia harus berpikir ke depan alih-alih ke belakang... tapi saat ini yang bisa dilihatnya hanyalah gumpalan kabut merah muda berbentuk Ular... Topeng itu, sisik yang menutupi kulit anak laki-laki yang diyakininya sudah mati... tapi ternyata Agatha melihatnya masih hidup....
Pada saat ia tersadar dari pikirannya sendiri, kabut sudah hilang dan malam telah tiba. Entah bagaimana ia sampai di Hutan Stymph, tanpa ada tanda jalan yang bisa dilalui. Badai datang, petir menghantam pepohonan. Ia berlindung di balik gaunnya yang lebar.
Ke mana ia harus pergi? Siapa yang bisa menolongnya saat semua orang yang dipercayainya terkunci di ruang bawah tanah? Ia selalu mengandalkan intuisinya, kemampuannya untuk membuat rencana dadakan. Namun, bagaimana ia bisa memikirkan rencana apa pun saat ia bahkan tidak tahu siapa lawannya?
Aku melihat sendiri si Ular mati.
Tapi ia tidak mati... Rhian masih ada di atas panggung. Berarti Rhian tidak mungkin si Ular. Ular pasti orang lain. Mereka bekerja sama.
Agatha teringat Sophie, yang dengan gembira menerima cincin Rhian, berpikir ia akan menikahi kesatria Tedros. Sophie yang yakin telah menemukan cinta—cinta sejati yang melihat Kebaikan dalam dirinya—ternyata pada akhirnya menjadi sandera oleh penjahat yang jauh lebih Jahat daripadanya.
Paling tidak Rhian tidak akan mencelakai Sophie. Belum. Ia membutuhkan Sophie.
Untuk apa, Agatha belum tahu.
Namun, Rhian pasti mencelakai Tedros.
Tedros, yang semalam mendengar Agatha berkata kepadanya bahwa ia telah gagal menjadi raja. Tedros, yang sekarang ragu apakah putrinya percaya kepadanya. Tedros, yang kehilangan mahkotanya, kerajaannya, rakyatnya, dan terperangkap di tangan musuh, yang baru kemarin ia rangkul bagai saudara. Musuh yang sekarang mengaku sebagai kakaknya.