WILL

WILL

14-16 tahun
Synopsis

Will Smith, salah satu kekuatan hiburan yang pa­ling dinamis dan diakui secara glo­bal di zaman kita, membuka sepenuhnya ten­tang hidup­nya. Dalam buku yang berani dan meng­inspirasi ini, ia men­jabarkan pelajaran yang didapatnya hingga berhasil ke titik puncaknya saat ini, di mana ke­suksesan lahiriah, kebahagiaan batiniah, dan hubu­ngan antarmanusia diselaraskan. Will menceritakan perjalanan paling menakjubkan di dunia musik dan film melebihi yang pernah dimiliki siapa pun. 
Trans­formasi Will Smith dari seorang anak Philadelphia menjadi salah satu bintang rap terbesar di masanya, yang kemudian menjadi salah satu bintang film terbesar dalam sejarah 
Hollywood, adalah sebuah kisah epik—tetapi itu baru setengah dari keseluruhan kisah hidupnya.
Dengan segala kesuksesan yang diraih­nya, Will Smith berpikir bahwa ia telah me­nang dalam hi­dup—tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga seluruh keluarganya. Namun, yang tidak diketahuinya adalah bahwa keluarga yang amat dicintainya itu ternyata menganggap diri mereka la­yaknya pemain sirkus, yang harus bekerja tujuh hari dalam seminggu.
Buku ini merupakan memoar dari perjalan­an Will Smith dalam mencari pengetahuan tentang dirinya sendiri, sebuah perhitungan akan untung dan rugi dari sebuah keinginan. Ditulis dengan bantuan Mark Manson, penulis buku terlaris Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, Will adalah kisah tentang bagai­mana seseorang belajar untuk menguasai emosi­nya sendiri, yang ditulis agar dapat mem­bantu orang lain untuk melakukan yang sama. Buku ini adalah sebuah kombinasi antara kebijaksanaan dengan nilai-nilai universal dan kisah hi­dup yang sangat menghibur.


Author : Mark Manson,Will Smith
Price : Rp 219,000
Category : SELF-IMPROVEMENT
Page : 548 halaman
Format : Soft Cover
Size : 12.9 cm X 19.8 cm
ISBN : 9786230414077
Publication : 23 August 2023

TEMBOK
Saat umurku 11 tahun, ayahku memutuskan perlu ada tembok baru di depan tokonya. Tembok itu akan berukuran besar: kurang lebih tingginya 4 m dan panjangnya 6 m. Tembok yang lama sudah mulai ambrol, dan ia sudah “muak melihatnya”. Namun, alih-alih mempekerjakan kontraktor atau perusahaan konstruksi, ayahku justru beranggapan bahwa membangun tembok adalah proyek yang bagus untuk aku dan adik laki-lakiku, Harry.
Daddio merobohkan tembok yang lama. Kuingat diriku memandangi lubang menganga di depanku dengan kalut setengah mati. Saat itu aku amat sangat yakin bahwa di tempat itu tidak akan pernah lagi berdiri sebuah tembok. 
Setiap hari selama hampir setahun, adikku dan aku pergi ke toko ayahku sepulang sekolah untuk mengerjakan tembok itu. Kami melakukan semuanya sendiri. Kami yang menggali fondasi, mengaduk campuran semen, dan mengangkuti ember-ember semen. Masih kuingat formula campurannya: dua bagian semen, satu bagian pasir, dan satu bagian gamping. Harry juga bertugas untuk mengawasi pipa. Kami mengaduk tumpukan bahan di tepi jalan dengan cangkul lalu mengisi ember berkapasitas dua galon (hampir delapan liter) dan memasang bata. Kami melakukannya tanpa tulang baja atau rangka kayu, hanya dengan waterpas berisi gelembung air di tengahnya.

RECOMMENDED FOR YOU Explore More